HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO/BAHAYA K3 DAN CONTOHNYA BERDASARKAN OHSAS 18001 : 2007

  
5 hierarki pengendalian risiko bahaya


    Dalam setiap lingkungan kerja tentunya terdapat kegiatan kerja yang beragam, dimana pada setiap kegiatan itu tidak terlepas dari adanya bahaya yang akan timbul. Potensi bahaya yang timbul pasti berbeda di setiap proses pekerjaan maupun disetiap lokasi. Ada banyak jenis potensi bahaya yang dapat timbul dilokasi kerja seperti kebakaran, tersetrum, ledakan, tumpahan zat kimia, jatuh dari ketinggian dan masih banyak lagi.
    Potensi bahaya yang ada belum tentu terjadi apabila ditempat kerja terdapat pengendalian bahaya yang tepat untuk potensi bahaya yang timbul serta faktor lingkungan yang mendukung untuk menjaga stabilitas keamanan tempat kerja.
    Berbicara terkait pengendalian bahaya yang tepat di lokasi kerja, dalam dunia K3 dikenal dengan adanya "Hierarki Pengendalian Risiko/Bahaya" dimana pada hierarki ini menjelaskan bagaimana alur pengendalian yang tepat untuk diterapkan ditempat kerja dalam rangka menjaga agar potensi bahaya yang ada tidak dapat terjadi
    Hierarki Pengendalian Risiko/Bahaya adalah Tahap / Langkah pengendalian bahaya yang diterapkan sesuai dengan tingkat keefektifanya, apabila urutan pertama tidak memungkinkan untuk dilakukan maka akan dilakukan pengendalian bahaya tahap ke 2 begitu seterusnya jika sampai ke tahap ke 5. 
    Hierarki Pengendalian Bahaya sering disimbolkan dengan segitiga yang memiliki 5 bagian / 5 tahapan yang tingkat kefektifannya dimulai dari bagian atas hingga ke bawah. 5 Hierarki Pengendalian Bahaya berdasarkan OHSAS 18001 : 2007 tersebut adalah :
1. Eliminasi / Elimination
    Eliminasi merupakan bentuk pengendalian bahaya dengan cara menghilangkan penyebab / faktor yang memicu timbulnya potensi bahaya. Eliminasi menjadi tahap pengendalian risiko / bahaya yang paling efektif dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain.
  • Contoh : Proses produksi suatu barang menggunkan salah satunya bahan kimia yang bersifat racun apabila masuk dalam tubuh manusia. Potensi bahaya yang timbul berati adanya bahaya racun yang dapat masuk ke tubuh manusia, maka bentuk eliminasinya yaitu menghilangkan bahan kimia tersebut pada proses produksi apabila memungkinkan untuk dihilangkan.
Baca Juga : 

2. Subtitusi / Subtitution
    Subtitusi merupakan bentuk pengendalian bahaya dengan cara mengganti faktor penyebab potensi bahaya dengan peralatan/mesin/bahan lain yang memiliki risiko bahaya lebih kecil, atau bahkan dapat menghilangkan potensi yang ada sebelumnya. 
  • Contoh : Peralatan mesin "A" memiliki tingkat bising mencapai 85 dB, sedangkan ada peralatan mesin "B" yang hanya menghasilkan tingkat bising 60dB. Maka subtitusi dilakukan dengan mengganti mesin "A" dengan mesin "B" namun tetap dengan fungsi kerja yang sama.
5 hierarki pengendalian risiko bahaya


3.Rekayasa teknik /  Engineering Controls
    Engineering control merupakan bentuk pengendalian bahaya dengan cara meredesain peralatan yang memilliki potensi bahaya dengan harapan potensi bahaya yang timbul akan berkurang bahkan hilang.
  • Contoh : Suatu tangki minyak memiliki potensi bahaya kebocoran minyak yang dapat menyebabkan ledakan. Sehingga perlu adanya pengendalian bahaya dengan cara meredesain tangki minyak dengan memberi sistem sensor adanya kebocoran ataupun dapat memberi barier yang menjadi pembatas antara tangki dengan lantai sekitar tangki, sehingga apabila ada kebocoran minyak tidak mengalir keluar area tangki. Selain itu dapat juga dengan memberi pelapisan ganda pada tangki minyak.
Baca Juga :

4. Administrasi / Administrative Controls / Warning
    Administratif merupakan bentuk pengendalian bahaya dengan melakukan perubahan pada aspek administrasi / cara pola kerja seseorang seperti jam kerja, layout tempat kerja, sistem shift, SOP, pelatihan kerja dll. Pengendalian administratif tidak berhubungan secara langsung / memiliki kontak langsung dengan potensi bahaya yang ada, namun berperan penting terhadap pengendalian bahaya.
  • Contoh : Suatu tempat kerja memiliki berbagai ruangan yang dimana setiap ruangan memiliki fungsi masing-masing, namun karena letak ruangan yang tidak berurutan dari tiap proses maka sering kali terjadi salah pendistribusian barang yang mengakibatkan pekerjaan tertunda. Hal ini dapat diperbaiki dengan pengendalian administratif dengan mengatur layout ruangan sesuai dengan urutan tahapan kerja.
5. Alat Pelindung Diri (APD) / Personal Protective Equipment (PPE)
    APD merupakan bentuk pengendalian bahaya yang terakhir, yang mengartikan bahwa APD tidak dapat dijadikan sebagai pelindung utama seseorang dari suatu potensi bahaya, namun jika potensi bahaya tetap ada, maka langkah terakhir adalah melindungi diri dengan mengurangi paparan bahaya / menjaga kontak fisik dengan bahaya yang dapat menciderai tubuh dengan menggunakan APD. APD memiliki banyak jenis dengan masing-masing fungsi sesuai dengan fungsi perlindungan terhadap potensi bahaya yang dihadapi oleh seorang pekerja.
  • Contoh : Seorang pekerja bekerja dilokasi ketinggian, sehingga adanya potensi bahaya terjatuh dari ketinggian maka diperlukan penggunaan APD berupa Full Body Harness, Safety Helmet, safety Shoes.

    Demikian 5 tahap Hierarki Pengendalian Bahaya. Semoga dengan paham 5 tahap melakukan pengendalian baaya dengan Hierarki Pengendalian Risiko / Bahaya ini, kita dapat mengurangi adanya potensi bahaya bahkan mampu menghilangkan dengan memberikan cara pengendalian yang tepat sesuai tahapan hierarki pengendalian.

SAFETY FIRST!

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO/BAHAYA K3 DAN CONTOHNYA BERDASARKAN OHSAS 18001 : 2007"

Posting Komentar

ALAT PELINDUNG DIRI (APD) WAJAH

          Alat Pelindung Diri (APD) wajah merupakan APD yang digunakan untuk melindungi wajah dan mata sekaligus dari potensi bahaya yang ad...